
dipersembahkan bunga jua dupa, barangkali, aromanya bisa sejenak buat kepala kita lupa atas busuknya dunia.

Kita, akan mulai
perjalanan jadi abadi.

Dari asmanya, banyak yang bisa diuntai, sebebasmu diperkenankan. Namun, sebagai pematik utama, bisa kamu pertimbangkan untuk semat panggilan Jan atau Janus saja, sebab itu yang paling dekat dengan jiwanya. Seru itu dalam kepala, tak kecil kemungkinan ia bisa dengar dan tukar pandang sebagai jawaban.
Bicara lebih jauh mengenai sosoknya, tak ubah ia adalah literatur dengan banyak topik di dalamnya. Refleksi yang kaulihat atas dirinya, akanlah beragam dan, percayalah, semuanya ialah senyata-nyatanya. Sebab, bicara perihal Jan, bicaralah manusia mengenai buah pengetahuan. Satu. Hanya dengan satu sentuh—bila beruntung, kecup—maka, kau bisa cicipi sisi dunia yang tidak kau bayangkan sebelumnya.
Dalam ruang dan waktu yang kata manusia penuh batas, jemarinya menuntun kamu untuk rebahkan diri atas fragmen rasa. Jatuhkan diri, sepenuhnya dalam rasa percaya dan kompleksitas cinta; hingga abadi yang dituju akhirnya.Sepenuhnya mungkin dan masuk akal apa yang akam terjadi nanti di antara kamu dan dia, sebab anasir ini tumbuh sebagai visioner penuh ide. Cepat ia dalam menanggapi, presisi pula caranya berlaku. Namun, bicara soal hati, besar pula apa yang ia miliki, tak perlu takut kepalanya terlalu dominasi dan halangi gelitik kecil friksi pada hati.Dalam dekap Jan, amanlah kamu. Sebab yang akan diburunya ialah waktu. Dengan jemari yang elus pipimu, ia akan cekik detak jam. Sebab, inginnya yang paling atas, memang jadikan kalian abadi. Bukan presensi yang habis dalam sekedip netra.